"OM AWIGNAMASTU NAMA SIDDHEM OM SWASTIASTU" SEMOGA SEMUA DALAM PERLINDUNGAN TUHAN, MARI KITA JAGA PIKIRAN, PERKATAAN DAN PERBUATAN SEHINGGA KITA BISA MENJADI TELAAN, INGAT HIDUP HANYA UNTUK MENJALANKAN KARMA DARI PERBUATAN KITA YANG TERDAHULU. SELAMAT MEMBACA DAN SEMOGHA BERMANFAAT.

Monday, May 14, 2012

CERPEN KETABAHAN NI SULASIH


TEMA CERITA ”KARMAPALA”

JUDUL CERPEN
”Ketabahan Ni Sulasih”

Pagi yang cerah disambut kicauan burung yang seakan-akan menyatu dengan alam. Di suatu desa tidak jauh dengan gunung muliya, tinggallah soarang Ibu bersama anaknya yang bernama Ni Sulasih. Ni sulasih hidup bersama Ibunya karena ayahnya  telah meninggal, jadi mereka tinggal berdua saja digubuknya.Ni Sulasih merupakan gadis yang baik hati, ulet, rajin membantu tiap pekerjaan Ibunya dengan tulus tanpa mengeluh sedikitpun. Akan tetapi banyak teman-temannya yang selalu mengejek dan mengolok-oloknya, lantaran rupanya tidak secantik teman-temannya itu, dimana Ni Sulasih menderita penyakit kulit hampir disekujur tubuhnya.
Pada suatu hari Ni Sulasih sedang mencuci pakain, seuasai mencuci Ni Sulasih mandi disana. Ketika ia sedang mandi mandi, datanglah Ni Kerti bersama teman-temannya yang juga akan mandi di sungai itu. Lantaran jengkel mereka melihat Ni Sulasih mandi disana , mereka lantas mengusirnya. Karena merasa belum puas Ni Kerti juga mengasut para penduduk bahwa Ni Sulasih mempunyai penyakit yang menular untuk mengusir Ni Sulasih dari desanya itu. Karena rasa kawatir dan gelisah para penduduk itu akhirnya mengusir Ni Sulasih dan Ibunyapun Ikut menemaninya. Ni Sualsih dan Ibunya hanya bisa meratapi nasibnya. Tidak terasa perjalan selangkah demi selangkah Ni Sulasih beserta Ibunya  sampai disuatu hutan dan berhenti sejenak menghilangkan lelah sambil merenungkan nasib mereka sambil berlinangkan air mata, tak lama kemudian datanglah seeorang kakek berpakai seperti pendeta mendekati Ni Sulasih bersama Ibunya dan bertanya kenapa mereka bisa berada ditengah hutan belantara ini, lalu Ni Sulasih menceritakan semuanya kepada kakek itu dengan suara sahdu. Setelah mendengar cerita Ni Sulasih kakek itu terharu mendengarnya. Kakek  itu dapat merasakan bahwa Ni Sulasih adalah seorang gadis yang baik,   maka dari itu kakek itu memberikan nasehat serta  menyuruh Ni Sulasih untuk bertapa di tengah hutan di kaki gunung muliya tidak jauh dari tengah hutan belantara di desanya , sementara Ibunya disuruh kembali ke desanya dan dipastikan Ni Sulasih akan baik-baik saja.
Diceritakan, Ibunya sudah kedesa dan Ni Sulasih Sudah berangkat menuju kegunung Muliya setelah di beri wejangan dan  bekal oleh kakek itu, bekalnya semacam kalung yang berguna baginya agar tidak ada binatang buas atau siapapun yang bisa menggangunya baik dalam perjalanan atau ketika bertapa. Sesampai kaki gunung Ni sualasih tidak lupa wejangan yang diberikan oleh kakek tua di tengah hutan itu, lalu Ni sulasih memohon dengan hati tulus pada Hyang Kuasa agar ia bisa sembuh dari penyakit kulit yang dideritanya dan agar masyarakat bisa menerima kehadirannya lagi didesa tempat tinggalnya. Seraya memohon, Ni Sulasih memulai tapanya. Hari demi hari, bulan berganti tahun Ni Sulasih bertapa dengan tenang tanpa ada gangguan apapun. Pada saat bulan purnama hari ke 720 hari pertapaan Ni Sulasih,  ketika pas bulan purnama berada tepat diatas kepala, sinarnya menerangi seluruh hutan dengan terangnya. Ketika menjelang hari mau pagi ada sayup-sayup suara didengar oleh Ni Sulasih “Sulasih, sulasih,,,,permintaanmu telah di kambulkan,  kini saatnya engkau kembali kedesa, usaikan tapamu kemudian berendamlah kamu dalam sungai disekitarmu”. Mendengar hal tersebut akhirnya Ni Sulasih menghakhiri tapanya serta membukak mata perlahan soraya melihat keberbagai arah tapi tidak melihat siapapun juga, Ni Sulasih keherannan, tapi ia ingat apa yang dikatakan tadi oleh orang yang tidak ia tau untuk berendam di sungai sekitarnya itu. Setelah berendam dan membersihkan diri Ni Sulasih sangat gembira dan bersukur atas keagungan, kemuliyaan Hyang Kuasa sebab ia sudah sembuh dari sakitnya, kemudian iapun kembali kedesanya menemui Ibunya sesuai wejangan kakek yang menyuruh ia bertapa.
Sesampainya Ni Sulasih didesanya, para penduduk tersentak kaget melihat Ni Sulasih datang kembali kedesa dengan wajah yang rupawan menawan hati, rupanya begutu cantik. Akhirnya melihat Ni Sulasih yang seperti itu tanpa cacat kulit sedikitpun, masyarakat didesanya menerima kembali ia untuk tinggal bersama-sama kembali soraya meminta maaf. Akan tetapi Ni Kerti tidak senang akan hal itu dan coba mengerjai Ni Sulasih, tapi sayang usahanya tidak membuahkan hasil (gagal). Namun apa yang terjadi setelah itu? entah kenapa penyakit yang dulu pernah dialami Ni Sulasih, kini dialami oleh Ni Kerti.Sekujur tubuh Ni kerti Bernanah dan borok seperti penyakit yang aneh, karena para penduduk merasa takut penyakit yang dideritanya itu menular, akhirya juga Ni Kerti diusir dari desa itu. Ni Kerti berjalan seakan-akan tidak sadar diri sambil menggaruk-garuk kulitnya ia pergi meninggalkan desa dan hilang dalam bayangan penduduk. 



















                                                                                        Karya;
                                                                        Suci Sutrisnawati Ni Putu
                                                                                            &
                                                                           Juliadi Supadi I Made

No comments:

Post a Comment