Sebatang gelagah di bibir sebuah telaga bening. Ia bergoyang meliuk ke sana ke mari menuruti irama hembusan angin sepoi. Ia cuman sebatang saja. Yang lain telah lama layu dan mati, sedangkan yang baru belum lagi muncul. Namun dalam kesendiriannya ia bergerak, ia meliuk tanpa keluh dan kesah.
Ketika ia menunduk, ia melihat bayangan dirinya di beningnya telaga biru, dirinya yang berada dalam hening namun tak merasa sepi. Ia melihat dirinya yang sedang menari penuh senyum bersama hembusan angin segar. Tak ada penonton yang memberikan tepukan meriah, tak ada suara sorakan gempita. Tak ada aku dan anda yang memperhatikannya. Namun ia tetap meliuk. Ia tetap menari. Ia menari untuk mensyukuri hadiah hari ini dan hari kemarin. Ia mempersembahkan tariannya hari ini buat hari esok.
Betapa sering aku menantikan orang lain memberikan kata-kata peneguhan yang tak pernah muncul. Betapa sering aku melimpahkan semua masyalahku pada sesuatu di luar diriku. Betapa aku sering lupa, kalau aku harus meng....
... baca selengkapnya di Cerita Motivasi dan Inspirasi Nomor 1
GARGITA DAHAT RAHASAYANG TITIANG YENING IRAGA SIDA SARENG-SARENG URATI LAN URATI RING SEKANCAN BASA LAN SASTRA, TITIANG NGANGGE MURDA BLOG PUNIKI "KUSUMA BUANA SASTRA<DUANING KRANA PEKIBEH UTAWI SEDAGING SASTRANE MAUTAMA PRASIDHA JAGI NYUJUR KASUKERTAN JAGAT UTAWI BUANA" MOGHI-MOGHI PUNIKI PRASIDA NGWANTU PARA BLOGER SINAMIAN PINAKA IMBA UTAWI SESULUH NGAMARGIANG SWADARMA. OM SANTI SANTI SANTI OM
Friday, December 27, 2013
Friday, December 13, 2013
KERJAKAN YANG KAU MAMPU
Di suatu hari saat musim gugur, seorang petani melihat seekor burung walet kecil berbaring telentang di tengah ladangnya.
Petani itu berhenti mencangkul, dan menghampiri mahkluk kecil bersayap itu, lalu bertanya, “Mengapa kau berbaring dengan kaki ka atas seperti itu ?”
“Aku dengar musim gugur ini akan dahsyat sekali, kata burung-burung disana, langit juga akan gugur dan runtuh seperti daun-daun itu.”
Petani itu heran. “Apakah menurutmu kau dapat menahan langit dengan sepasang kaki kecilmu itu ?”
“Bukankah setiap hewan harus mengerjakan apa yang mampu diperbuatnya?” jawab sang burung dengan tegas.
....
... baca selengkapnya di Cerita Motivasi dan Inspirasi Nomor 1
... baca selengkapnya di Cerita Motivasi dan Inspirasi Nomor 1
Monday, December 9, 2013
BATU AJAIB
Pada awalnya manusialah yang menciptakan kebiasaan. Namun lama kelamaan, kebiasaanlah yang menentukan tingkah laku manusia.
Ada seorang yang hidupnya amat miskin. Namun walaupun ia miskin ia tetap rajin membaca. Suatu hari secara tak sengaja ia membaca sebuah buku kuno. Buku itu mengatakan bahwa di sebuah pantai tertentu ada sebuah batu yang hidup, yang bisa mengubah benda apa saja menjadi emas.
Setelah mempelajari isi buku itu dan memahami seluk-beluk batu ersebut, ia pun berangkat menuju pantai yang disebutkan dalam buku kuno itu.
Dikatakan dalam buku itu bahwa batu ajaib itu agak hangat bila disebut, seperti halnya bila kita menyentuh makhluk hidup lainnya.
Setiap hari pemuda itu memungut batu, merasakan suhu batu tersebut lalu membuangnya ke laut dalam setelah tahu kalau batu dalam genggamannya itu dingin-dingin saja. Satu batu, dua batu, tiga batu dipungutnya dan dilemparkannya kembali ke dalam laut. Satu hari, dua hari, satu minggu, setahun ia berada di pantai itu. Kini mengg....
... baca selengkapnya di Cerita Motivasi dan Inspirasi Nomor 1
... baca selengkapnya di Cerita Motivasi dan Inspirasi Nomor 1
Friday, December 6, 2013
MERAYAKAN KEMATIAN
Sang guru mengalami sakit parah. Para pengikutnya merasa amat sedih kalau-kalau mereka kehilangan sang guru yang mereka kagumi. Suatu hari sang guru memanggil mereka semua dan memberikan kata-katanya yang terakhir di saat menjelang kematiannya. Ia mengatakan bahwa bagi kebanyakan orang, kematian merupakan tragedi yang menyakitkan, namun sebaliknya kematian justru seharusnya merupakan hari sukacita untuk dirayakan.
Para muridnya dengan rasa heran bertanya; "Ketika orang yang kita cintai meninggal dunia dan kita tak akan pernah lagi mampu melihatnya, mengapa justru harus dirayakan?"
"Ketika seseorang telah menyelesaikan jalan yang harus dilampauinya, telah menyelesaikan segala yang harus dipelajarinya selama hidup ini, bukankah ia harus diwisuda? Dan bukankah saat wisuda merupakan saat yang membahagiakan?" Demikian kata sang guru.
Setelah berdiam sejenak ia melanjutkan; "Ketika seorang anak dilahirkan semua orang bergembira ria. Dan ketika seseorang meninggal semua diliputi ratap dan ....
Cerita Motivasi dan Inspirasi Nomor 1
Cerita Motivasi dan Inspirasi Nomor 1
Sunday, April 28, 2013
KAWENTENAN DANU BATUR
Kocap nguni ring Gunung Agung, Ida Sang Hyang Parama Kawi madue rarincikan pacang ngaryanang danu. Danune mangda kearsayang mangdane kekaryanin ring pradesa Kedisan Tegellalang. Santukkan wenten Arsa asapunika, Rarris Ida ngerauhin panjak Idane marupa wong samar sane wenten ring sejebagan jagat Bali Pulinane. disampunne sami pada siaga, sregep tangkil, raris Ida Sang Hyang Parama Kawi ngandika asapuniki :"Ih kita wong samar sadaya: "Ingsun ngutus apang wit benjang ngaryanin Danu ring pradesa Kedisan. Tatujon ngaryanin Danune punika tuara ja ada len, apang panjak manirane ring Gunung tuara kakeringan. Lenan teken ento, tatujon manirane apang adapalung toya ring gunung tur riwekas prasida panjak gelahe sane ada ring kulon, wentan, kidal miwah ring loor maan tritisanne anggene noyaningsakaluwiring tatanduran, anggen ajengan miwah mebersih". inggih asapunika pawarah Ida Sang Hyang Parama Kawi.
Thursday, January 24, 2013
KAJIAN MIMESIS
ANALISIS KARYA SASTRA
Ada empat
langkah untuk menangkap gambaran mimesis yang ada dalam karya sastra berbentuk
puisi, diantaranya:
a.
Memahami
kata-kata/ungkapan dalam puisi.
b.
Membentuk
paraphrase (memprosakan puisi).
c.
Pengungkapan
makna.
d.
Menganalisis
puisi atau kaitannya dengan kenyataan puisi “Siwa rarti” kan dikaji pendekatan
mimesis.
Berdasarkan atas
pemahaan Pendekatan dan langkah gambaran mimesis
tersebut, maka penganalisisan Puisi “Siwa rarti” karya I Made Sudiana sebagai
berikut:
Siwa Ratri
Prawanining
tilem kapitu
peteng sipeng
kadi bulun petu
I Lubdaka
ngepil jerih mati kutu
mamona
ngepik-ngepik daun taru
nyiksik bulu
tan lali madéwa ratu
éling dosa tan
naen ngaturang caru
uleng maburu
ngulurin sadripu
déning
swadharmané mula iku
Hyang Siwa
ngicén swarga maha ketu
sakatiling
ambek sané patut tiru
anggén suluh
naptap peteng pitu.
(I Made Sudiana) Pada puisi “ Siwa Ratri” ini kita
dapat lihat bahwa ada suatu penggambaran lingkungan sosial kehidupan masyarakat
pada saat hari Siwa rarti yang mengungkapkan suatu kisah perjalanan I Lubdaka
pada saat purwani tilem kepitu. Pelukis melukiskan bulan kepitu, peteng sipeng,
, ngepil jerih, mamona, nyiksik bulu dan peteng pitu. Kata-kata tersebut
merupakan suatu pelukisan penyair pada keadaan
perasaan mencekam dan sepi. Suasana tersebut terlihat jelas pada baris
puisi pertama samapi ke baris kelima.Penyair seolah-olah merasakan suasana Siwa rarti membisa padanya,
mengembuskan diri dalam segala renung hidupnya. Pada baris berikutnya yang ke
enam sampai baris akhir dalam puisi
“Siwa Rarti” perhatian penyair memokuskan suasana kedalam perenungan. Misalnya
pada baris puisi yang ke lima “nyiksik bulu tan lali madéwa ratu”, sekan dalam baris ini penyair
menggambarkan suatu perenungan atas segala apa yang dilakukan oleh si Lubdaka.
Subscribe to:
Posts (Atom)