ANALISIS KARYA SASTRA
Ada empat
langkah untuk menangkap gambaran mimesis yang ada dalam karya sastra berbentuk
puisi, diantaranya:
a.
Memahami
kata-kata/ungkapan dalam puisi.
b.
Membentuk
paraphrase (memprosakan puisi).
c.
Pengungkapan
makna.
d.
Menganalisis
puisi atau kaitannya dengan kenyataan puisi “Siwa rarti” kan dikaji pendekatan
mimesis.
Berdasarkan atas
pemahaan Pendekatan dan langkah gambaran mimesis
tersebut, maka penganalisisan Puisi “Siwa rarti” karya I Made Sudiana sebagai
berikut:
Siwa Ratri
Prawanining
tilem kapitu
peteng sipeng
kadi bulun petu
I Lubdaka
ngepil jerih mati kutu
mamona
ngepik-ngepik daun taru
nyiksik bulu
tan lali madéwa ratu
éling dosa tan
naen ngaturang caru
uleng maburu
ngulurin sadripu
déning
swadharmané mula iku
Hyang Siwa
ngicén swarga maha ketu
sakatiling
ambek sané patut tiru
anggén suluh
naptap peteng pitu.
(I Made Sudiana) Pada puisi “ Siwa Ratri” ini kita
dapat lihat bahwa ada suatu penggambaran lingkungan sosial kehidupan masyarakat
pada saat hari Siwa rarti yang mengungkapkan suatu kisah perjalanan I Lubdaka
pada saat purwani tilem kepitu. Pelukis melukiskan bulan kepitu, peteng sipeng,
, ngepil jerih, mamona, nyiksik bulu dan peteng pitu. Kata-kata tersebut
merupakan suatu pelukisan penyair pada keadaan
perasaan mencekam dan sepi. Suasana tersebut terlihat jelas pada baris
puisi pertama samapi ke baris kelima.Penyair seolah-olah merasakan suasana Siwa rarti membisa padanya,
mengembuskan diri dalam segala renung hidupnya. Pada baris berikutnya yang ke
enam sampai baris akhir dalam puisi
“Siwa Rarti” perhatian penyair memokuskan suasana kedalam perenungan. Misalnya
pada baris puisi yang ke lima “nyiksik bulu tan lali madéwa ratu”, sekan dalam baris ini penyair
menggambarkan suatu perenungan atas segala apa yang dilakukan oleh si Lubdaka.